featured-content
Blitar Sekarang
Dilihat dari kedudukan dan letak geografisnya, Kota Blitar tidak memiliki sumber daya alam yang berarti,
karena seluruh wilayahnya adalah wilayah perkotaan, yang berupa wilayah pemukiman, perdagangan, layanan
publik, pertanian sawah, kebun campuran dan pekarangan. Oleh karena itu, sebagai penggerak ekonomi Kota
Blitar tidak dapat hanya mengandalkan Sumberdaya Alam. Meskipun demikian, sebenarnya Kota Blitar memiliki
potensi yang cukup besar. Potensi itu diantaranya; di kota Blitar disemayamkan Bung Karno, Sang Proklamator,
Presiden Pertama RI, idiolog dan pemikir besar dunia yang dikagumi baik oleh seluruh laipisan masyarakat
Indonesia dan masyarakat seluruh dunia. Kota Blitar merupakan pusat pemerintahan baik kota maupun
Kabupaten Blitar serta menjadi pusat perdagangan hasil pertanian, perikanan, kerajinan dan pariwisata.
Pada tahun ketiga dari lima tahun pertama periodisasi Rencana Strategis Kota Blitar, Kota Blitar telah
mengawali strategi pembangunan kota dengan membangun proyek-proyek strategis dan fenomental yang
nantinya dapat dijadikan sebagai tonggak untuk mendirikan bangunan kota Blitar yang dicita-citakan sesuaiu
visi dan misi daerah. Beberapa fasilitas dimaksud adalah ; Perpustakaan Bung Karno dan Pusat Informasi
Pariwisata dan Perdagangan, yang diharapkan dapat menjadi penopang utama bagi tumbuh dan
berkembangnya kawasan wisata Makam Bung Karno sekaligus sebagai pintu pembuka hubungan antara kota
Blitar dengan daerah-daerah sekitarnya.Pasar Legi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi daerah melalui
perdagangan riel dan Stadion PATRIA sebagai wahana penghubung titik tumbuh baru antara kawasan wisata
Makam Bung Karno dengan Kawasan perdagangan Pasar Legi dan sekitarnya.
Walaupun dalam hierarkhi pemerintahan, Pemerintah Kota Blitar tidak lagi berada di bawah Pemerintah
Propinsi Jawa Timur, namun dalam banyak hal Pemerintah Kota Blitar harus mangacu kepada perencanaan
pembangunan regional yang dicanangkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Pembangunan Jawa Timur
memperhatikan potensi, sumber daya alam, serta kondisi sosio-budaya yang ada di masing-masing lokalitas,
tanpa mengabaikan tantangan yang harus dihadapi pada era globalisasi. Proses pembangunan Jawa Timur
dilaksanakan untuk mampu menunjukkan adanya pemberdayaan masyarakat lokal dan partisipasinya dalam
proses pembangunan daerah. Seiring dengan hal ini, kota Blitar berkeinginan untuk merebut peran sebagai
Pusat bagi pengembangan perdagangan barang dan jasa, termasuk pariwisata, untuk wilayah Selatan-
Barat Jawa Timur yang meliputi Kediri, Tulungagung dan Trenggalek. Untuk tujuan ini, secara konkrit kota Blitar
membangun Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan, satu dari empat objek yang secara fungsional
terkait dengan Pembangunan Kota Blitar sekaligus bagi wilayah Selatan-Barat Jawa Timur.
Kekuatan membangun sendiri dapat diukur dengan seberapa banyak PAD dapat membiayainya, dan
seberapa banyak Pemerintah Pusat dan sumber lainnya menombokinya. Kenyataan bahwa selama 3 tahun
kontribusi PAD kepada APBD hanya dibawah 10% dinilai sebagai masih lemahnya kekuatan pembiayaan
pembangunan. Oleh karena itu, penguatan kemampuan Pemerintah Kota demikian penting sebagai prasarana
pembangunan selanjutnya, sampai diangkat menjadi salah satu dari dua means pada tataran visi.
Prioritas ini membuahkan hasil menggembirakan dari kenyataan bahwa dalam waktu 4 tahun, Pemerintah
Kota mampu menggenjot PAD dari sekitar Rp 3.3 milyar sampai mencapai sekitar Rp 12 milliar lebih. Tetapi
disadari pula bahwa PAD tidak dapat ditingkatkan terus menerus tanpa penggalian sumber PAD baru. Sumber
baru itu jelas di sektor ekonomi, artinya perekonomian harus tumbuh. Kesimpulan ini membimbing kepada
pilihan means kedua, yaitu sarana dan prasarana pertumbuhan ekonomi yang diangkat pada tataran visi dengan
rumusan lebih spesifik sistem perdagangan barang dan jasa unggulan .